Tuesday, 24 May 2016

PUISI ARAB MASA JAHILIYYAH







PUISI ARAB MASA JAHILIYYAH

Dosen Pengampu
Retno Purnama Irawati, S.S., MA
Penyusun
Asaro Aprilianti          2303413033
Muji Arti                     2303413013
Arum Akhkamiyah                 23034130




UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PEMBAHASAN

A.    Definisi Puisi Pada Masa Jahiliah 
            Puisi adalah untaian kata-kata berirama yang terikat pada wazan, bahr dan qafiah tertentu. Pada masa ini puisi haruslah mempunyai pemilihan kata (diksi) dan imajinasi yang kuat supaya terciptanya suatu karya puisi yang abadi, mempunyai bentuk ungkapan yang mengesankan dan mendalam bagi mereka. disamping itu puisi harus mencerminkan keaadan masyarkat pada waktu itu supaya ada nilai yang melekat di hati mereka dan menjadi puisi yang popular dikenang sepanjang masa.
Melihat dari totalitas esensi puisi pada masa jahiliah puisinya singkat, bahasanya padat, dan ketika membuat suatu perumpamaan dalam berpuisi mereka selalu membuat perumpamaan yang langsung di lihat dengan mata telanjang, jauh dari uslub yang berlebihan ini sesuai dengan tabiat mereka, tabiaat mayarakat pada masya jahiliah yang hidupnya simple. seluruh syair arab jahili berbentuk hurufnya muqofa (huruf ujungnya sama) bahkan qafiayah ini bukan hanya pada syair saja, tetapi kalimat-kalimat keagamaan dan kalimat-kalimat lainnya yang dianggap penting yang tidak terikat oleh kaidah-kaidah syair dalam arti sempit seperti ungkapan peramal, para ahli hikmah, orasi kadang berbentuk muqofa.
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, puisi memiliki kedudukan penting dalam khazanah perdaban bangsa arab terutama masyarakat jahiliah pada waktu itu sangat menyukai puisi, itu brimbas kepada para penyair sebagai pencipta puisi yang otomatis dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu mendapatkan posisi yang tinggi derajatnya. Para penyair pada masyarakat jahiliah merupakan kaum intelektual yang otomatis menguasai ilmu bahasa terutama baca tulis yang kebanyakan dari bangsa arab adalah ummi/buta huruf. Disamping itu sebagian besar para penyair pada waktu itu menguasai ilmu-ilmu yang notabene penting dan sangat dibutuhkan pada masanya seperti ilmu perbintangan, nasab, perdukunan, tanda jajak dll.
Menurut Ahmad amin secara etimologi kata sya’ara/syair(شعر) mempunyai arti a’lima (mengetahui). Seprti kata sya’aratun bihi yang artinya a’limtu. Karena dalam bahasa arab syair memiliki arti al-I’lm (pengetahuan) dikatakan laita syi’iri yang sama mempunyai arti dengan kalimat laita I’lmi (semoga ilmuku) dan asyu.’arahi ibn al-amr mempunyai arti a’lamahu (memberitahukan persoalan) jadi sudah jelas bahwa kata syair mempunyai arti alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang mengetahui persoalan yang belum diketahui orang banyak. Dalam al-quran juga kata yasy’urukum mempunyai makna ya’lamukum (mengetahui). sperti dapat dipahami pada ayat dibawah ini;
ومايشعركم أنها اء ذا جاء ت لا يؤمنون
Dan apakah yang menjadikan kamu tau bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman (QS.6;109).
Sedangkan dalam kamus lisan arab, kata sya’ara dimaknai ilmu dan makrifah. Oleh karena itu kata asy-syua’ara artinya ulama. Kemudian makna syair meluas dan berkembang menjadi kata puisi.
B.     Genre Puisi Pada Masa Jahiliah
Sangat sulit untuk melepaskan puisi dalam kehidupan masyarakat jahiliyah, karena dari setiap aspek kehidupan mereka tidak terlepas dari bersyair, puisi merupakan ujung tombak senjata utama bagi mereka untuk mengangkat moral mereka baik saat berperang, melakukan ritual agama, saat berdagang, berorasi politik, saat bersantai-santai ataupun sekedar menghilangkan rasa keluh kesah mereka yang menggambarkan aktivitas mereka saat itu. Sehingga tidak aneh syair memiliki kedudukan yang penting dan pengaruh yang kuat pada masyarkatnya waktu itu, maka masing-masing kabilah saling berbangga dengan kemunculan seorang penyair handal dari kalangan mereka dan mereka kerap kali mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan menikmati syair-syair tersebut.
Masih ingat dalam benak kita bahwa pada musim haji di pasar ukaz sering diadakan perayaan sastra dan perlombaan membuat dam membaca puisi yang berpusan di Mekkah yang menjadi sental perdagangan dan kebudayaan saat itu di Hijaz. Bagi pemenang perhralatan sastra tersebut karyanya akan ditulis dengan tinta emas dan di gantingkan dika’bah yang disebut dengan muallaqot. untuk nama kesepuluh penyair ini sudah penulis paparkan diatas. Kasidah mualaqot merupakan salah satu bukti bahwa pada masa ini bangsa arab sudah memperhatikan peradaban mereka yakni bersyair sebagai sarana untuk berkarya dan membangun perababan yang makmur.
Kuatnya tradisi berpuisi bangsa arab jahili digambarkan oleh Syukri Fhaisol yang mengatatakan bahwa puisi bangsa arab hampir menguasai pembendaharaan bentuk ungkapan di berbagai bidang dalam bahasa arab seperti dalam bidang peperangan kita mengenal puisi fakhr, hija, khamasah. Dalam bidang ritual penghayatan ada puisi, madh hikmah, dalam perdamaian ada puisi madeeh, itidraz dll. Semua bidang tersebut pada masa jahiliah tumbuh dalam suasana puitis bahkan rotsa dan mantra-mantra yang biasanya di gunakan para dukun jahiliahpun bersajak sehingga dikenal dengan sajak Saja’ul kuhhan. Hubungan diantara keduanyapun begitu dekat dengan wazan dan qafiahnya.
            Kondisi geografis dan etnis masyarakat Arab, menjadi faktor yang cukup dominan bagi perkembangan syair pada masa jahiliyah. Syair Jahiliah dijadikan sumber utama dalam kajian kesusastraan Arab dalam mengetahui citra keindahan bahasanya. Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam bukunya al-Mufid, Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan syair arab jahiliah, yaitu: Pertama adalah iklim dan tabiat alam. Syai'r jahiliah terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hampir sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra. Ketiga peperangan, dan keempat adalah faktor kemakmuran dan kemajuan, kelima agama, keenam ilmu pengetahuan, ketujuh adalah politik, kedelapan adalah interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya.
Puisi jahiliah merupakan Karya sastra pada periode jahiliyah menggambarkan keadaan hidup masyarakat dikala itu, dimana mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair yang muncul tidak jauh dari pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Begitu juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat berperang membela kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode Jahiliyah juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti hikmah dan semangat juang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah pada masa jahiliyah diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk kedalam al-Mu’allaqot, hal ini disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak terbiasa dengan budaya tulis menulis, pada umumnya syair-syair jahiliyah dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur, berbicara tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya-karya sastra jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam bahasa arab saat ini.
Melihat lebih jauh tradisi berpuisi bangsa arab mempunyai akar historis yang panjang. Sangat sulit bagi penulis untuk melacaknya. Yang jelas tradisi puisi pada masa jahiliah adalah embrio berkembangnya sastra arab hususnya genre yang berjenis puisi yang mrupakan cerminan orisinilitas pemikiran bangsa arab juga menjadi cerminan kehidupan mereka. Sangat jelas bahwa tradisi berpuisi masyarakat jahiliah terutama syair muallaqot merupakan titik tolak majunya peradaban bangsa arab yang akan maju pesat dan menjadi sumaber peradaban dunia pada abad pertengahan saat bersendtuhan dengan islam.
C.    Puisi Arab Pada Zaman Jahiliyah
            Bangsa arab sangat gemar menggubah syair, mereka memandang bahwa setiap penyair mempunyai kedudukan yang sangat penting dan terhormat dalam masyarakat, mana kala ia telah mampu mengangkat derajat kaumnya atau kabilahnya melalui syair-syairnya. Puisi atau syair dalam kehidupan masyarakat jahiliyah memiliki kedudukan yang pentin g dan pengaruh yang kuat sehingga masing-masing kabilah saling berbanggaa dengan kemunculan seorang penyair handal dari kalangan mereka, merekapuyn kerap kali mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan menikmati syair-syair tersebut.
Adapun contoh-contoh puisi pada zaman jahiliyah adalah sebagai berikut:
1.      Al-madah
Puji-pujian kepada seseorang, terutama berkaitan dengan kebaikan sifat dan kemuliaan akhlaknya.
2.      Al-Hija’
Puisi yang berisi kebencian, kemarahan, atau ketidak sukaan penyair terhadap seorang atau suku lain.
3.      Al-Fakhr
Membangga-mbanggakan kelebihan yang dimiliki penyair atau sukunya.
4.      Al-Hamasah
 Puisi yang berisi sanjungan dan mengagung-agungkan kepahlawanan seseorang.
5.      Al-Ghazal
Puisi yang berisi ungkapan cinta dan kerinduan bagi sang kekasih, jug aungkapan tentang wanita dengan kecantikanya.
6.      Al-I’tidzar
Puisi yang berisi permohonan maaf.
7.      Ar-Ritsa’
Puisi yang berisi rasa bela sungkawa, putus asa, kesedihan, dan kepedihan seseorang.
8.      Hikmah
Puisi yang berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman jahiliyah.
9.      Al-Washf
Puisi yang digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian ataupun segala hal yang menarik seperti menggambarkan jalanya peperangan, keindahan alam, dan sebagainya.
D.    Penyair Arab Paling Terkenal Pada Zaman Jahiliyah:
1.Umul Qais
            Penyair ini berasal dari suku kindah, yaitu suatu suku yang pernah berkuasa penuh di yaman, karena itu beliau lebih dikenal sebaai penyair yaman( Hadramaut)
Nasab penyair ini sangat mulia karena beliauanak seorang raja Yaman yang bernama Hujur Al Kindy.
2.Zuhair bin Abi Sulma
            Zuhair bin Abi Sulma adalah salahh seorang dari tiga serangkai penyair jahiliyah setelah Umul Qais dan Nabighah Zibyani. Penyair ini sangat terkenal karena kesopanan kata-kata syairnya. Pemikiranya banyak mengandung hikmah dan pikiran yang matang. Penyair ini berasal dari Bani Ghatfan dan dibesarkan dari keluarga penyair.
3. Nabighan Zhibyany
            Nama asli penyair ini adalah Abu Umamah Ziyad bin muawiyah.Namun dia lebih dikenal dengan panggilan Nabighah sebab sejak muda pandai bersyair . Kata Nabighah berarti seorang yang pandai bersyair. Penyair ini sangat dicintai kabilahnya.
            Ia selalu selalu berusaha mendekatkan dirinya kepada orang besar dan menjadikan syairnya sebagai alat yang paling ampuh untuk mendapatkan kedudukan dan kekayaan. Oleh karena itu penyair ini sering dihasut lawanya.
            Dia hidup dikalangan keluarga raja Hira. Dan raja Hira sangat cinta kepadanya sehingga dalam suatu riwayat dikatakan bahwa kalangan ini dikalangan raja Hira selalu memakai bejana dari emas dan perak.
4.Aasyaa bin Qais
            Nama asli penyair ini adalah Maimun Aasyaa bin Qais bin Jundul al Qaisi. Penyair ini ditakuti orang karena ketajaman lidahnya, sebaliknya dia juga disenangi orang bila dia telah memuji seorang maka orang itu akn menjadi terkenal seketika.
5. Lubaid bin Rabiah
            Penyair ini adalah penyair jahiliyah yang terpanjang usianya. Dia berumur 145 tahun, jadi sempat mendapatkan masa islam.Namun walaupun demikian penyair ini tetap digolongkan sebagai penyair jahiliyah, karena sesudah masuk islam penyair ini tidak mengucapkan syair lagi kecuali hanya 1 bait saja.
6. Antarah Bin Syadad Al abshi
            Sesuai dengan namanya yang agak angker kedengaranya penyair ini lebih dikenal sebagai seorang pahlawan yang amat ditakuti lawan-lawanya. Ibu penyair ini berasal dari seorang budak sedangkan ayahnya adalah seorang bangsawan yang kaya.Karena itu ayahnya tidak mau mengakuinya sebagai anak kandungnya bahkan dianggap sebagai seorang budak yang dapat disuruh menggembala ternak.
E.     PUISI-PUISI MU’ALLAQOT
            Berbicara mengenai puisi Arab jahiliyyah tentu tidak akan lepas dari pembicaraan tentang puisi-puisi Mu’allaqot. Puisi Mu’allaqot adalah kasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh penyair jahiliyyah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian Mu’allaqot ini ditempelkan didinding-dinding ka’bah pada masa jahiliyyah. Dinamakan Mu’allaqot yang berarti “kalung” karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita.
            Karya-karya puisi yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas kain yang mewah, kemudian akan digantungkan di dinding ka’bah, yang kemudian dikenal dengan istilah al-Mu’allaqot (puisi-puisi yang digantungkan pada dinding ka’bah.
            Pada zaman jahiliyyah, menggantungkan sesuatu pada dinding ka’bah bukanlah hal yang aneh karena setiap kali ada urusan yang penting pasti akan digantungkan pada dinding ka’bah. Selain memiliki sebutan al-Mu’allaqot, puisi-puisi yang digantungkan tersebut juga memiliki sebutan lain, antara lain:
1.      As-Sumut (Kalung)
            Menurut masyarakat jahiliyyah, rangkaian puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah berbentuk seperti kalung yang tergantung pada leher wanita.
2.      Al-Mudzahhabaat (Yang ditulis dengan tinta emas)
            Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah ditulis dengan menggunakan tinta yang terbuat dari emas.
3.      Al-Qasha’id al-Masyhuraat (Kasidah-kasidah yang terkenal)
            Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah adalah puisi-puisi terkenal yang ada pada saat itu dibandingkan dengan puisi yang lainnya.
4.      As-Sab’u at-Tiwal (Tujuh buah puisi yang panjang-panjang)
            Puisi yang tergantung pada dinding ka’bah tersebut terdiri dari tujuh buah puisi dan panjang-panjang. Nama ini diberikan oleh orang yang berpendapat bahwa puisi yang tergantung itu ada tujuh buah.
5.      Al-Qasha’id al-Tis’u (Sembilan buah kasidah)
            Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah itu terdiri dari Sembilan buah puisi. Nama ini diberikan oleh orang yang berpendapat bahwa puisi-puisi yang tergantung itu terdiri dari Sembilan puisi.
6.      Al-Qasha’id al-‘Asru (Sepuluh buah kasidah)
            Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah terdiri dari sepuluh buah puisi. Nama ini diberikan oleh orang-orang yang menganggap puisi yang tergantung pada dinding ka’bah itu terdiri dari sepuluh buah.
Penyair Al-Mu’allaqat berjumlah tujuh orang yang kemudian hasil karya mereka terkenal dengan sebutan Mu’allaqat as-sab’ah. Ketujuh penyair tersebut adalah:
1.      Umru al-Qais bin Hujrin bin Al-Harits Al-Kindi
            Berikut adalah salah satu puisi mu’allaqat dari Umrul Qais:
وليل كموج البحر مرخ سدوله ¤ عليّ بأنواع الهموم ليبتلى
فقلت له لمـّا تمطّى بصلبه ¤ واردف اعجازا وناء بكلكل
الا ايّها اللّيل الطويل الا انجلى ¤ بصبح وما الإصباح منك بأمثل
Di kala gelap malam bagaikan badai laut yang tengah meliputiku dengan berbagai macam keresahan untuk mengujiku (kesabaranku).
Di kala malam itu tengah memanjangkan waktunya, maka aku katakan padanya.
Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangimu untuk berganti dengan pagi hari? Ya walaupun pagi itu pun belum tentu akan sebaik kamu.
2.      Zuhair bin Abi Sulma
وأعلم ما فى اليوم والأمس قبله ¤ ولكنى عن علم ما فى غد عم
ومن يجعل المعروف من دون عرضه ¤ يفره ومن لا يتق الشتم يشتم
ومن يك ذا فضل فيـبخل بفضله ¤ على قومه يستغن عنه ويذمم
ومن يوف لايذمم ومن يهد قلبه ¤ إلى مطمئن البر لا يتجمجم
رأيت المنايا خبط عشواء من تصب ¤ تمته ومن تخطئ يعمّر فيهرم
ومن هاب اسباب المنايا ينلنه ¤ وإن يرق اسباب السماء بسلّم
ومن يجعل المعروف فى غير أهله ¤ يكن حمده ذماّ عليه ويندم
Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin, tetapi aku tetap tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari
Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan dicerca
Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan dicerca
Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat kebaikan, maka ia tidak akan terguncang oleh ketegangan
Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang siapa yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan mengalami lanjut usia.
Barang siapa yang takut mati, pasti ia akan bertemu juga dengan kematian itu, walaupun ia naik ke langit dengan tangga
Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong, maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.
3.      Tharfah ibn ‘Abd
            Ia adalah Amr ibn Abdu al-Bakri pujangga jahiliyah yang paling pendek umurnya, paling dermawan dan paling bagus paling bagus tentang pensifatannya pada unta. Lahir didaerah Khalij Al-Araby(daerah teluk arab). Dari keluarga penyair , ayahnya penyair, dan pamannya Mutalammis juga seorang penyair. Dari keluarga yang kaya, ayahnya meninggal sewaktu dia masih kecil, kemudian diasuh oleh paman-pamannya.
            Tharfah cenderung hidup nganggur, bermalas-malasan dan bersenang-senang, mempelajari ketangkasan dan membaca puisi bahkan suka sering mengejek harga diri orang lain, termasuk mengejek kaum keluarga dirinya sendiri, juga mengejek Amr ibn Hindun raja Hirah, padahal dia sering meminta kebaikan dan kedermawannya. Akhirnya terdengar oleh Amru ibn Hindu, maka dengkilah hindun kepadanyasampai ketika ia datang dengan pamannya untuk mengharap anugerahnya, Amr menampakkan kegembiraannya dan kesenangan untuk memberiakn kepercayaan kepada mereka berdua,dan meminta memberiakn hadiah kepada keduanya dan menulis surat kepada keduanya untuk ditunjukan kepada pembantunya gubernur di Bahrain untuk dilaksanakan pemberian hadiah kepadanya. Tatkala mereka ditengah perjalanan ragulah Mutalammis akan surat tersebut, maka dia meminta kepada seorang anak untuk membacakannya (dan pergilah Tharfah) . kiranya dalam surat tersebut ada perintah untuk membunuhnya maka ia lemparkan suarat dan bermaksud menemui Tharfah tapi tidak bisa dan larilah ia seorang diri ke raja Ghassan sedangkan Tharfah terus pergi ke penguasa di Bahrain dan terbunuhlah ia disana sedang umurnya kira-kira umurnya baru memasuki dua puluh tahunan. Berikut adalah puisi mu’allaqat karyanya:
أرى الموتً يعتام الكرام ويصطفي ¤ عقيلة مال الفاحش المتشدِّد
أرى العيش كنزاً ناقصاً كل ليلةٍ ¤ وما تَنقُصِ الأيّامُ والدّهرُ يَنفَدِ
لعمرُكَ إنَّ الموتَ ما أخطأ الفتى ¤ لَكالطِّوَلِ المُرخى وثِنياهُ باليَدِ
Aku melihat maut memilih orang-orang terhormat dan memilih orang-orang yang mulia yang hartanya di dapat dengan melakukan tindakan keji
Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu berkurang setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari pasti akan binasa
Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat binatang yang salah satu ujungnya di genggaman tangan.
4.      Lubaid bin Rabiah
           
إنّا إذا التقتِ المجَامِعُ لم يَزَلْ ¤ منّا لِزَازُ عظيمة ٍ جَشّامُها
وَمُقَسِّمٌ يُعْطِي العشيرة َ حَقَّهَا ¤ وَمُغَذْمِرٌ لحقوقِها هَضَّامُها
فضلاً، وذو كرمٍ يعينُ على النَّدى ¤ سمحٌ كسُوبُ رغائبٍ غنّامُها
مِنْ معشرٍ سنَّتْ لهمْ آباؤهُمْ ¤ ولكلِّ قومٍ سُنَّة ٌ وإمامُهَا
لا يَطبَعونَ وَلا يَبورُ فَعالُهُم ¤ إِذ لا يَميلُ مَعَ الهَوى أَحلامُها
فاقْنَعْ بما قَسَمَ المليكُ ¤ فإنّمَا قسمَ الخلائقَ بينَنا علاَّمُها
وإذا الأمانة ُ قُسِّمَتْ في مَعْشَرٍ ¤ أوْفَى بأوْفَرِ حَظِّنَا قَسّامُهَا
فبنى لنا بيتاً رفيعاً سمكُهُ ¤ فَسَما إليه كَهْلُهَا وَغُلامُها
وَهُمُ السُّعَاة ُ إذا العشيرة ُ أُفْظِعَتْ ¤ وهمُ فوارِسُهَا وَهمْ حُكّامُها
وهمُ رَبيعٌ للمُجَاورِ فيهمُ ¤ والمرملاتِ إذا تطاولَ عَامُها
وَهُمُ العَشيرة ُ أنْ يُبَطِّىء َ حاسدٌ ¤ أو أن يميلَ معَ العدوِّ لئامُها
Bila beberapa kabilah sedang berkumpul, maka kaumku akan menandingi mereka dalam berdebat ataupun bertanding.
Kaumku pembagi adil yang memberikan hak keluarganya, dan kaumku sangat murah kepada orang yang merampas hak keluarganya.
Kaumku menolong dengan sukarela, karena mereka suka menolong, suka memaafkan, suka pada suatu kemuliaan.
Kaumku berasal dari keturunan yang suka pada kemuliaan, dan bagi setiap kaum pasti mempunyai adat dan pemimpin tersendiri.
Kaumku tidak pernah merusak kehormatannya dan tak suka mengotori budi pekertinya, karena mereka tidak senang condong pada hawa nafsu.
Bila keluarganya sedang tertimpa musibah, mereka akan membantu, merekalah pahlawan bila keluarga sedang terserang dan mereka yang akan menundukkan musuh.
Kaumku adalah penolong bagi orang yang minta pertolongan dan pembantu bagi janda yang tertimpa kemalangan.
5.      Amr bin Kaltsum
قَـدْ عَلِمَ القَبَـائِلُ مِنْ مَعَـدٍّ ¤ إِذَا قُبَـبٌ بِأَبطَحِـهَا بُنِيْنَــا
بِأَنَّـا المُطْعِمُـوْنَ إِذَا قَدَرْنَــا ¤ وَأَنَّـا المُهْلِكُـوْنَ إِذَا ابْتُلِيْنَــا
وَأَنَّـا المَانِعُـوْنَ لِمَـا أَرَدْنَـا ¤ وَأَنَّـا النَّـازِلُوْنَ بِحَيْثُ شِيْنَـا
وَأَنَّـا التَـارِكُوْنَ إِذَا سَخِطْنَـا ¤ وَأَنَّـا الآخِـذُوْنَ إِذَا رَضِيْنَـا
وَأَنَّـا العَاصِمُـوْنَ إِذَا أُطِعْنَـا ¤ وَأَنَّـا العَازِمُـوْنَ إِذَا عُصِيْنَـا
وَنَشْرَبُ إِنْ وَرَدْنَا المَاءَ صَفْـواً ¤ وَيَشْـرَبُ غَيْرُنَا كَدِراً وَطِيْنَـا
أَلاَ أَبْلِـغْ بَنِي الطَّمَّـاحِ عَنَّـا ¤ وَدُعْمِيَّـا فَكَيْفَ وَجَدْتُمُوْنَـا
إِذَا مَا المَلْكُ سَامَ النَّاسَ خَسْفـاً ¤ أَبَيْنَـا أَنْ نُقِـرَّ الـذُّلَّ فِيْنَـا
مَـلأْنَا البَـرَّ حَتَّى ضَاقَ عَنَّـا ¤ وَظَهرَ البَحْـرِ نَمْلَـؤُهُ سَفِيْنَـا
إِذَا بَلَـغَ الفِطَـامَ لَنَا صَبِـيٌّ ¤ تَخِـرُّ لَهُ الجَبَـابِرُ سَاجِديْنَـا
Kabilah-kabilah telah mengetahui siapa yang berbahagia
Jika berkemah di dataran luas kamipun membangun perkemahan
Bahwa kami adalah orang-orang yang bisa makan
Bila kami mampu mendapatkan makanan
Dan kami adalah orang yang porak-poranda
Bila kami tak henti diancam bencana
Kami adalah orang-orang yang mampu menahan diri
Tidak sembarangan menggapai apa yang kami kehendaki
Dan kami adalah orang-orang yang ditinggal, dimana kami suka
Kami adalah orang-orang yang meninggalkan sesuatu bila kami tidak suka
Dan kami adalah orang-orang yang mengambil bila kami memang suka
Kami akan minum kalau ada air yang segar
Sedangkan orang lain selain kami meminum air yang kotor dan lumpur
Ketika raja mengungguli manusia dengan perbuatan rendah dihinakan
Kami menolak dan tidak mau berbuat hina
Milik kami adalah dunia Dan kami terkuasa atasnya
Kami menindas ketika mau menindas
Orang-orang dzalim berbuat kedzaliman sedangkan kami tidak mau di dzalimi
Tetapi kami akan mulai melawan orang-orang yang mendzalimi kami
Dunia sesak dengan kebaikan kami,
Kami adalah lautan dan kami memenuhinya dengan perahu-perahu kami
Apabila bayi kami telah selesai umur menyusui
Para penguasa dan diktator akan jatuh tersungkur dan bersujud kepadanya
            Puisi ini menjelaskan ketika Banyak peperangan yang terjadi dan menimpa Kabilah Taghlib adalah perselisihannya dengan kabilah yang masih tergolong saudara dengan kabilah Taghlib yaitu dengan kabilah Bakr ibn Wail. Peperangan kedua kabilah bersaudara ini sangat terkenal dikalangan masyarakat Arab jahiliyah dengan sebutan perang Basus. Dan Puisi ini menjelaskan tentang Kebanggaan diri kaumnya, yang selalu bertahan, dan selalu berbuat Baik tidak pernah mendzolimi orang lain.
6.      Al-A'sya bin Al-Qaisi
            Dalam suatu riwayat, diceritakan bahwa di kota Mekkah ada seorang miskin yang bernama Muhallik, orang itu mempunyai tiga orang puteri yang belum mempunyai jodoh dikarenakan kemiskinan mereka. Pada suatu waktu, keluarga ini mendengar kedatangan al-A'sya di Mekkah, maka isterinya meminta kepada suaminya untuk mengundang al-A'sya ke rumahnya. Setelah al-A'sya datang ke rumah miskin itu, maka isterinya memotong seekor unta untuk menjamu al-A'sya. Penyair ini sangat heran dengan kedermawanan orang miskin ini. Ketika ia keluar dari rumah itu, ia langsung pergi ke tempat orang-orang yang sedang berkumpul untuk mengabadikan kedermawanan Muhallik dalam suatu bait puisinya yang sangat indah. Setelah ia membacakan puisi itu, maka banyak orang yang datang meminang ketiga puteri Muhallik. Adapun bait puisi yang diucapkan al-A'sya seperti dibawah ini:
ارقت وما هذا السّهاد والمؤرّق  ¤  وما بى من سقم وما بى تعشّق
لعمرى قد لاحت عيون كثيرة  ¤  الى ضوء نار فى اليفاع تحرق
تشبّ لمقرورين يصطليانها  ¤  وبات على النار الندى والمحلّق
رضيعى لبان ثدى أمّ تقاسما  ¤  باسحم داج : عوض لا نتفرّق
ترى الجود يجرى ظاهرا فوق وجهه  ¤  كما زان متن الهند وإنى رونق
يداه يدا صدق : فكفّ مبيدة  ¤  وكفّ إذا ما ضنّ بالمال ينفق
Aku tidak dapat tidur di malam hari, bukan karena sakit ataupun cinta
Sungguh banyak mata yang melihat api yang menyala di atas bukit itu
Api itu dinyalakan untuk menghangatkan tubuh kedua orang yang sedang kedinginan di malam itu, dan di tempat itulah Muhallik dan kedermawanannya sedang bermalam
Di malam yang gelap itu keduanya saling berjanji untuk tetap bersatu
Kamu lihat kedermawanan di wajahnya seperti pedang yang berkilauan
Kedua tangannya selalu benar, yang satu untuk membinasakan sedang yang lain untuk berderma.
7.      An-Nabighah Adz-Dzibyani
عوجوا فحيوا لنعم دمنة الدار  ¤  ماذا تحيون لوى وأحجار
أقوى وأقفز من نعم وغيره  ¤ هوج الرياح بهلبى الترب موار
وقفت فيها سراة اليوم أسألها  ¤ عن آل نعم أمونا عبر أسفار
فاستعجمت دار نعم ما تكلمنا  ¤  والدار لو كلمنا ذات أخبار
Berhentilah kalian untuk menyapa, menyalami, sungguh indah reruntuhan perkampungan, apa yang kalian salami adalah timbunan tanah dan bebatuan
Tanah lenggang, sepi dari binatang liar, dan telah diubah oleh hembusan badai serta hujan yang datang dan pergi
Aku berdiri di atasnya, ditengah reruntuhan dan bertanya kepadanya tentang serombongan unta yang biasa lewat di sana
Reruntuhan rumah yang indah , demikian asing, membisu tak mau berbicara pada kami, dan reruntuhan rumah itu, andai ia mau berbicara pada kami, pasti ia punya banyak cerita




PENUTUP

Kesimpulan

            Puisi adalah untaian kata-kata berirama yang terikat pada wazan, bahr dan qafiah tertentu. Jenis-jenis puisi pada masa jahiliyyah yaitu: Al-Madh puisi pujian, Al-Madh puisi pujian, Al-Fakhr puisi membangga, Al-Hamaasah puisi semangat, Al-Ghozal/ tasybih, Al-I’tidzar puisi permohonan maaf, Ar-Ritsa’ puisi belasungkawa, Al-Washf Hikmah puisi petuah bijak. Dalam membahas puisi Arab masa Jahiliyyah maka tidak akan lepas dari puisi Mu’allaqat yaitu puisi yang panjang yang digantungkan di dinding ka’bah.



DAFTAR PUSTAKA

Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab. Semarang: Egaacitya
Bustam, Betty Mauli Rosa dkk. 2015. Sejarah Sastra Arab Dari Beragam Perspektif. Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama)
http://vanxiber.blogspot.co.id/2013/03/sastrawan-arab.html Diunduh tanggal 01 Oktober 2015 pukul 05:58 WIB


No comments:

Post a Comment