Retno Purnama Irawati, S.S., MA
Penyusun
Asaro Aprilianti 2303413033
Muji Arti 2303413013
Arum Akhkamiyah 23034130
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Puisi Pada Masa Jahiliah
Puisi
adalah untaian kata-kata berirama yang terikat pada wazan, bahr dan qafiah
tertentu. Pada masa ini puisi haruslah mempunyai pemilihan kata (diksi) dan
imajinasi yang kuat supaya terciptanya suatu karya puisi yang abadi, mempunyai
bentuk ungkapan yang mengesankan dan mendalam bagi mereka. disamping itu puisi
harus mencerminkan keaadan masyarkat pada waktu itu supaya ada nilai yang
melekat di hati mereka dan menjadi puisi yang popular dikenang sepanjang masa.
Melihat dari totalitas esensi puisi pada masa
jahiliah puisinya singkat, bahasanya padat, dan ketika membuat suatu
perumpamaan dalam berpuisi mereka selalu membuat perumpamaan yang langsung di
lihat dengan mata telanjang, jauh dari uslub yang berlebihan ini sesuai dengan
tabiat mereka, tabiaat mayarakat pada masya jahiliah yang hidupnya simple.
seluruh syair arab jahili berbentuk hurufnya muqofa (huruf ujungnya sama)
bahkan qafiayah ini bukan hanya pada syair saja, tetapi kalimat-kalimat
keagamaan dan kalimat-kalimat lainnya yang dianggap penting yang tidak terikat
oleh kaidah-kaidah syair dalam arti sempit seperti ungkapan peramal, para ahli
hikmah, orasi kadang berbentuk muqofa.
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, puisi
memiliki kedudukan penting dalam khazanah perdaban bangsa arab terutama
masyarakat jahiliah pada waktu itu sangat menyukai puisi, itu brimbas kepada
para penyair sebagai pencipta puisi yang otomatis dalam kehidupan masyarakat
pada waktu itu mendapatkan posisi yang tinggi derajatnya. Para penyair pada
masyarakat jahiliah merupakan kaum intelektual yang otomatis menguasai ilmu
bahasa terutama baca tulis yang kebanyakan dari bangsa arab adalah ummi/buta huruf.
Disamping itu sebagian besar para penyair pada waktu itu menguasai ilmu-ilmu
yang notabene penting dan sangat dibutuhkan pada masanya seperti ilmu
perbintangan, nasab, perdukunan, tanda jajak dll.
Menurut Ahmad amin secara etimologi kata
sya’ara/syair(شعر) mempunyai arti a’lima (mengetahui).
Seprti kata sya’aratun bihi yang artinya a’limtu. Karena dalam bahasa arab
syair memiliki arti al-I’lm (pengetahuan) dikatakan laita syi’iri yang sama
mempunyai arti dengan kalimat laita I’lmi (semoga ilmuku) dan asyu.’arahi ibn
al-amr mempunyai arti a’lamahu (memberitahukan persoalan) jadi sudah jelas
bahwa kata syair mempunyai arti alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang
mengetahui persoalan yang belum diketahui orang banyak. Dalam al-quran juga
kata yasy’urukum mempunyai makna ya’lamukum (mengetahui). sperti dapat dipahami
pada ayat dibawah ini;
ومايشعركم
أنها اء ذا جاء ت لا يؤمنون
Dan
apakah yang menjadikan kamu tau bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan
beriman (QS.6;109).
Sedangkan dalam kamus lisan arab, kata sya’ara
dimaknai ilmu dan makrifah. Oleh karena itu kata asy-syua’ara artinya ulama.
Kemudian makna syair meluas dan berkembang menjadi kata puisi.
B.
Genre Puisi Pada Masa Jahiliah
Sangat sulit untuk melepaskan puisi dalam
kehidupan masyarakat jahiliyah, karena dari setiap aspek kehidupan mereka tidak
terlepas dari bersyair, puisi merupakan ujung tombak senjata utama bagi mereka
untuk mengangkat moral mereka baik saat berperang, melakukan ritual agama, saat
berdagang, berorasi politik, saat bersantai-santai ataupun sekedar
menghilangkan rasa keluh kesah mereka yang menggambarkan aktivitas mereka saat
itu. Sehingga tidak aneh syair memiliki kedudukan yang penting dan pengaruh
yang kuat pada masyarkatnya waktu itu, maka masing-masing kabilah saling
berbangga dengan kemunculan seorang penyair handal dari kalangan mereka dan
mereka kerap kali mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan menikmati
syair-syair tersebut.
Masih ingat dalam benak kita bahwa pada musim
haji di pasar ukaz sering diadakan perayaan sastra dan perlombaan membuat dam
membaca puisi yang berpusan di Mekkah yang menjadi sental perdagangan dan
kebudayaan saat itu di Hijaz. Bagi pemenang perhralatan sastra tersebut
karyanya akan ditulis dengan tinta emas dan di gantingkan dika’bah yang disebut
dengan muallaqot. untuk nama kesepuluh penyair ini sudah penulis paparkan
diatas. Kasidah mualaqot merupakan salah satu bukti bahwa pada masa ini bangsa
arab sudah memperhatikan peradaban mereka yakni bersyair sebagai sarana untuk
berkarya dan membangun perababan yang makmur.
Kuatnya tradisi berpuisi bangsa arab jahili
digambarkan oleh Syukri Fhaisol yang mengatatakan bahwa puisi bangsa arab
hampir menguasai pembendaharaan bentuk ungkapan di berbagai bidang dalam bahasa
arab seperti dalam bidang peperangan kita mengenal puisi fakhr, hija, khamasah.
Dalam bidang ritual penghayatan ada puisi, madh hikmah, dalam perdamaian ada
puisi madeeh, itidraz dll. Semua bidang tersebut pada masa jahiliah tumbuh
dalam suasana puitis bahkan rotsa dan mantra-mantra yang biasanya di gunakan
para dukun jahiliahpun bersajak sehingga dikenal dengan sajak Saja’ul kuhhan.
Hubungan diantara keduanyapun begitu dekat dengan wazan dan qafiahnya.
Kondisi
geografis dan etnis masyarakat Arab, menjadi faktor yang cukup dominan bagi
perkembangan syair pada masa jahiliyah. Syair Jahiliah dijadikan sumber utama
dalam kajian kesusastraan Arab dalam mengetahui citra keindahan bahasanya.
Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam bukunya al-Mufid, Ada banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan syair arab jahiliah, yaitu: Pertama adalah iklim
dan tabiat alam. Syai'r jahiliah terpengaruh begitu kuat dengan alam padang
pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang
keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan
yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hampir sama, imajinasi
penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi
bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra. Ketiga peperangan, dan
keempat adalah faktor kemakmuran dan kemajuan, kelima agama, keenam ilmu
pengetahuan, ketujuh adalah politik, kedelapan adalah interaksi dengan berbagai
bangsa dan budaya.
Puisi jahiliah merupakan Karya sastra pada
periode jahiliyah menggambarkan keadaan hidup masyarakat dikala itu, dimana
mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair
yang muncul tidak jauh dari pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Begitu
juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat
berperang membela kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode
Jahiliyah juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh
Islam seperti hikmah dan semangat juang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah
pada masa jahiliyah diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk
kedalam al-Mu’allaqot, hal ini disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak
terbiasa dengan budaya tulis menulis, pada umumnya syair-syair jahiliyah
dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur, berbicara
tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam tempat
mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya-karya sastra
jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam bahasa arab saat
ini.
Melihat lebih jauh tradisi berpuisi bangsa arab
mempunyai akar historis yang panjang. Sangat sulit bagi penulis untuk
melacaknya. Yang jelas tradisi puisi pada masa jahiliah adalah embrio
berkembangnya sastra arab hususnya genre yang berjenis puisi yang mrupakan
cerminan orisinilitas pemikiran bangsa arab juga menjadi cerminan kehidupan
mereka. Sangat jelas bahwa tradisi berpuisi masyarakat jahiliah terutama syair
muallaqot merupakan titik tolak majunya peradaban bangsa arab yang akan maju
pesat dan menjadi sumaber peradaban dunia pada abad pertengahan saat
bersendtuhan dengan islam.
C. Puisi Arab Pada Zaman Jahiliyah
Bangsa arab sangat gemar
menggubah syair, mereka memandang bahwa setiap penyair mempunyai kedudukan yang
sangat penting dan terhormat dalam masyarakat, mana kala ia telah mampu
mengangkat derajat kaumnya atau kabilahnya melalui syair-syairnya. Puisi atau
syair dalam kehidupan masyarakat jahiliyah memiliki kedudukan yang pentin g dan
pengaruh yang kuat sehingga masing-masing kabilah saling berbanggaa dengan
kemunculan seorang penyair handal dari kalangan mereka, merekapuyn kerap kali
mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan menikmati syair-syair tersebut.
Adapun
contoh-contoh puisi pada zaman jahiliyah adalah sebagai berikut:
1.
Al-madah
Puji-pujian kepada seseorang, terutama berkaitan dengan kebaikan
sifat dan kemuliaan akhlaknya.
2.
Al-Hija’
Puisi yang berisi kebencian, kemarahan, atau ketidak sukaan penyair
terhadap seorang atau suku lain.
3.
Al-Fakhr
Membangga-mbanggakan kelebihan yang dimiliki penyair atau sukunya.
4.
Al-Hamasah
Puisi yang berisi sanjungan
dan mengagung-agungkan kepahlawanan seseorang.
5.
Al-Ghazal
Puisi yang berisi ungkapan cinta dan kerinduan bagi sang kekasih,
jug aungkapan tentang wanita dengan kecantikanya.
6.
Al-I’tidzar
Puisi yang berisi permohonan maaf.
7.
Ar-Ritsa’
Puisi yang berisi rasa bela sungkawa, putus asa, kesedihan, dan
kepedihan seseorang.
8.
Hikmah
Puisi yang berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman
jahiliyah.
9.
Al-Washf
Puisi yang digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian ataupun
segala hal yang menarik seperti menggambarkan jalanya peperangan, keindahan
alam, dan sebagainya.
D.
Penyair Arab Paling Terkenal Pada Zaman Jahiliyah:
1.Umul Qais
Penyair ini berasal dari suku
kindah, yaitu suatu suku yang pernah berkuasa penuh di yaman, karena itu beliau
lebih dikenal sebaai penyair yaman( Hadramaut)
Nasab penyair
ini sangat mulia karena beliauanak seorang raja Yaman yang bernama Hujur Al
Kindy.
2.Zuhair bin
Abi Sulma
Zuhair bin Abi Sulma adalah salahh
seorang dari tiga serangkai penyair jahiliyah setelah Umul Qais dan Nabighah
Zibyani. Penyair ini sangat terkenal karena kesopanan kata-kata syairnya.
Pemikiranya banyak mengandung hikmah dan pikiran yang matang. Penyair ini
berasal dari Bani Ghatfan dan dibesarkan dari keluarga penyair.
3. Nabighan
Zhibyany
Nama asli penyair ini adalah Abu
Umamah Ziyad bin muawiyah.Namun dia lebih dikenal dengan panggilan Nabighah
sebab sejak muda pandai bersyair . Kata Nabighah berarti seorang yang pandai
bersyair. Penyair ini sangat dicintai kabilahnya.
Ia selalu selalu berusaha
mendekatkan dirinya kepada orang besar dan menjadikan syairnya sebagai alat
yang paling ampuh untuk mendapatkan kedudukan dan kekayaan. Oleh karena itu
penyair ini sering dihasut lawanya.
Dia hidup dikalangan keluarga raja
Hira. Dan raja Hira sangat cinta kepadanya sehingga dalam suatu riwayat
dikatakan bahwa kalangan ini dikalangan raja Hira selalu memakai bejana dari
emas dan perak.
4.Aasyaa bin
Qais
Nama asli penyair ini adalah Maimun
Aasyaa bin Qais bin Jundul al Qaisi. Penyair ini ditakuti orang karena
ketajaman lidahnya, sebaliknya dia juga disenangi orang bila dia telah memuji
seorang maka orang itu akn menjadi terkenal seketika.
5. Lubaid bin
Rabiah
Penyair ini adalah penyair jahiliyah
yang terpanjang usianya. Dia berumur 145 tahun, jadi sempat mendapatkan masa
islam.Namun walaupun demikian penyair ini tetap digolongkan sebagai penyair
jahiliyah, karena sesudah masuk islam penyair ini tidak mengucapkan syair lagi
kecuali hanya 1 bait saja.
6. Antarah Bin
Syadad Al abshi
Sesuai dengan namanya yang agak
angker kedengaranya penyair ini lebih dikenal sebagai seorang pahlawan yang
amat ditakuti lawan-lawanya. Ibu penyair ini berasal dari seorang budak
sedangkan ayahnya adalah seorang bangsawan yang kaya.Karena itu ayahnya tidak
mau mengakuinya sebagai anak kandungnya bahkan dianggap sebagai seorang budak
yang dapat disuruh menggembala ternak.
E. PUISI-PUISI MU’ALLAQOT
Berbicara mengenai puisi Arab
jahiliyyah tentu tidak akan lepas dari pembicaraan tentang puisi-puisi Mu’allaqot.
Puisi Mu’allaqot adalah kasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh penyair
jahiliyyah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian Mu’allaqot ini
ditempelkan didinding-dinding ka’bah pada masa jahiliyyah. Dinamakan Mu’allaqot
yang berarti “kalung” karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai
perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita.
Karya-karya puisi yang dinyatakan
sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas kain yang mewah,
kemudian akan digantungkan di dinding ka’bah, yang kemudian dikenal dengan
istilah al-Mu’allaqot (puisi-puisi yang digantungkan pada dinding
ka’bah.
Pada zaman jahiliyyah,
menggantungkan sesuatu pada dinding ka’bah bukanlah hal yang aneh karena setiap
kali ada urusan yang penting pasti akan digantungkan pada dinding ka’bah.
Selain memiliki sebutan al-Mu’allaqot, puisi-puisi yang digantungkan
tersebut juga memiliki sebutan lain, antara lain:
1.
As-Sumut
(Kalung)
Menurut masyarakat
jahiliyyah, rangkaian puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah berbentuk
seperti kalung yang tergantung pada leher wanita.
2.
Al-Mudzahhabaat (Yang ditulis dengan tinta emas)
Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah ditulis dengan
menggunakan tinta yang terbuat dari emas.
3.
Al-Qasha’id
al-Masyhuraat (Kasidah-kasidah
yang terkenal)
Puisi-puisi yang
tergantung pada dinding ka’bah adalah puisi-puisi terkenal yang ada pada saat
itu dibandingkan dengan puisi yang lainnya.
4.
As-Sab’u
at-Tiwal (Tujuh buah puisi yang
panjang-panjang)
Puisi yang tergantung pada dinding ka’bah tersebut terdiri dari
tujuh buah puisi dan panjang-panjang. Nama ini diberikan oleh orang yang
berpendapat bahwa puisi yang tergantung itu ada tujuh buah.
5.
Al-Qasha’id
al-Tis’u (Sembilan buah kasidah)
Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah itu terdiri dari
Sembilan buah puisi. Nama ini diberikan oleh orang yang berpendapat bahwa
puisi-puisi yang tergantung itu terdiri dari Sembilan puisi.
6.
Al-Qasha’id
al-‘Asru (Sepuluh buah kasidah)
Puisi-puisi yang tergantung pada dinding ka’bah terdiri dari
sepuluh buah puisi. Nama ini diberikan oleh orang-orang yang menganggap puisi
yang tergantung pada dinding ka’bah itu terdiri dari sepuluh buah.
Penyair
Al-Mu’allaqat berjumlah tujuh orang yang kemudian hasil karya mereka terkenal
dengan sebutan Mu’allaqat as-sab’ah. Ketujuh penyair tersebut adalah:
1.
Umru
al-Qais bin Hujrin bin Al-Harits Al-Kindi
Berikut adalah
salah satu puisi mu’allaqat dari Umrul Qais:
وليل كموج البحر
مرخ سدوله ¤ عليّ بأنواع الهموم ليبتلى
فقلت له لمـّا
تمطّى بصلبه ¤ واردف اعجازا وناء بكلكل
الا ايّها
اللّيل الطويل الا انجلى ¤ بصبح وما الإصباح منك بأمثل
Di kala gelap malam bagaikan badai laut yang tengah meliputiku
dengan berbagai macam keresahan untuk mengujiku (kesabaranku).
Di kala malam itu tengah memanjangkan waktunya, maka aku katakan
padanya.
Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangimu untuk
berganti dengan pagi hari? Ya walaupun pagi itu pun belum tentu akan sebaik
kamu.
2.
Zuhair
bin Abi Sulma
وأعلم ما فى
اليوم والأمس قبله ¤ ولكنى عن علم ما فى غد عم
ومن يجعل
المعروف من دون عرضه ¤ يفره ومن لا يتق الشتم يشتم
ومن يك ذا فضل
فيـبخل بفضله ¤ على قومه يستغن عنه ويذمم
ومن يوف لايذمم
ومن يهد قلبه ¤ إلى مطمئن البر لا يتجمجم
رأيت المنايا
خبط عشواء من تصب ¤ تمته ومن تخطئ يعمّر فيهرم
ومن هاب اسباب
المنايا ينلنه ¤ وإن يرق اسباب السماء بسلّم
ومن يجعل
المعروف فى غير أهله ¤ يكن حمده ذماّ عليه ويندم
Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin,
tetapi aku tetap tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari
Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan
terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan
dicerca
Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit)
dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan
dicerca
Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang
siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat kebaikan, maka
ia tidak akan terguncang oleh ketegangan
Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang
siapa yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan
mengalami lanjut usia.
Barang siapa yang takut mati, pasti ia akan bertemu juga dengan
kematian itu, walaupun ia naik ke langit dengan tangga
Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong,
maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.
3.
Tharfah
ibn ‘Abd
Ia
adalah Amr ibn Abdu al-Bakri pujangga jahiliyah yang paling pendek umurnya,
paling dermawan dan paling bagus paling bagus tentang pensifatannya pada unta.
Lahir didaerah Khalij Al-Araby(daerah teluk arab). Dari keluarga penyair ,
ayahnya penyair, dan pamannya Mutalammis juga seorang penyair. Dari keluarga
yang kaya, ayahnya meninggal sewaktu dia masih kecil, kemudian diasuh oleh
paman-pamannya.
Tharfah cenderung hidup nganggur, bermalas-malasan dan bersenang-senang,
mempelajari ketangkasan dan membaca puisi bahkan suka sering mengejek harga
diri orang lain, termasuk mengejek kaum keluarga dirinya sendiri, juga mengejek
Amr ibn Hindun raja Hirah, padahal dia sering meminta kebaikan dan
kedermawannya. Akhirnya terdengar oleh Amru ibn Hindu, maka dengkilah hindun
kepadanyasampai ketika ia datang dengan pamannya untuk mengharap anugerahnya, Amr
menampakkan kegembiraannya dan kesenangan untuk memberiakn kepercayaan kepada
mereka berdua,dan meminta memberiakn hadiah kepada keduanya dan menulis surat
kepada keduanya untuk ditunjukan kepada pembantunya gubernur di Bahrain untuk
dilaksanakan pemberian hadiah kepadanya. Tatkala mereka ditengah perjalanan
ragulah Mutalammis akan surat tersebut, maka dia meminta kepada seorang anak
untuk membacakannya (dan pergilah Tharfah) . kiranya dalam surat tersebut ada
perintah untuk membunuhnya maka ia lemparkan suarat dan bermaksud menemui
Tharfah tapi tidak bisa dan larilah ia seorang diri ke raja Ghassan sedangkan
Tharfah terus pergi ke penguasa di Bahrain dan terbunuhlah ia disana sedang
umurnya kira-kira umurnya baru memasuki dua puluh tahunan. Berikut adalah puisi
mu’allaqat karyanya:
أرى الموتً
يعتام الكرام ويصطفي ¤ عقيلة مال الفاحش المتشدِّد
أرى العيش كنزاً
ناقصاً كل ليلةٍ ¤ وما تَنقُصِ الأيّامُ والدّهرُ يَنفَدِ
لعمرُكَ إنَّ
الموتَ ما أخطأ الفتى ¤ لَكالطِّوَلِ المُرخى وثِنياهُ باليَدِ
Aku melihat maut memilih orang-orang terhormat dan memilih
orang-orang yang mulia yang hartanya di dapat dengan melakukan tindakan keji
Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu
berkurang setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari pasti
akan binasa
Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah
luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat binatang yang
salah satu ujungnya di genggaman tangan.
4.
Lubaid
bin Rabiah
إنّا إذا التقتِ المجَامِعُ لم يَزَلْ ¤ منّا لِزَازُ عظيمة ٍ جَشّامُها
وَمُقَسِّمٌ يُعْطِي العشيرة َ حَقَّهَا ¤ وَمُغَذْمِرٌ لحقوقِها هَضَّامُها
فضلاً، وذو كرمٍ يعينُ على النَّدى ¤ سمحٌ كسُوبُ رغائبٍ غنّامُها
مِنْ معشرٍ سنَّتْ لهمْ آباؤهُمْ ¤ ولكلِّ قومٍ سُنَّة ٌ وإمامُهَا
لا يَطبَعونَ وَلا يَبورُ فَعالُهُم ¤ إِذ لا يَميلُ مَعَ الهَوى أَحلامُها
فاقْنَعْ بما قَسَمَ المليكُ ¤ فإنّمَا قسمَ الخلائقَ بينَنا علاَّمُها
وإذا الأمانة ُ قُسِّمَتْ في مَعْشَرٍ ¤ أوْفَى بأوْفَرِ حَظِّنَا قَسّامُهَا
فبنى لنا بيتاً رفيعاً سمكُهُ ¤ فَسَما إليه كَهْلُهَا وَغُلامُها
وَهُمُ السُّعَاة ُ إذا العشيرة ُ أُفْظِعَتْ ¤ وهمُ فوارِسُهَا وَهمْ
حُكّامُها
وهمُ رَبيعٌ للمُجَاورِ فيهمُ ¤ والمرملاتِ إذا تطاولَ عَامُها
وَهُمُ العَشيرة ُ أنْ يُبَطِّىء َ حاسدٌ ¤ أو أن يميلَ معَ العدوِّ لئامُها
Bila beberapa kabilah sedang berkumpul, maka
kaumku akan menandingi mereka dalam berdebat ataupun bertanding.
Kaumku pembagi adil yang memberikan hak
keluarganya, dan kaumku sangat murah kepada orang yang merampas hak
keluarganya.
Kaumku menolong dengan sukarela, karena mereka
suka menolong, suka memaafkan, suka pada suatu kemuliaan.
Kaumku berasal dari keturunan yang suka pada
kemuliaan, dan bagi setiap kaum pasti mempunyai adat dan pemimpin tersendiri.
Kaumku tidak pernah merusak kehormatannya dan
tak suka mengotori budi pekertinya, karena mereka tidak senang condong pada
hawa nafsu.
Bila keluarganya sedang tertimpa musibah,
mereka akan membantu, merekalah pahlawan bila keluarga sedang terserang dan
mereka yang akan menundukkan musuh.
Kaumku adalah penolong bagi orang yang minta
pertolongan dan pembantu bagi janda yang tertimpa kemalangan.
5.
Amr
bin Kaltsum
قَـدْ عَلِمَ
القَبَـائِلُ مِنْ مَعَـدٍّ ¤ إِذَا قُبَـبٌ بِأَبطَحِـهَا بُنِيْنَــا
بِأَنَّـا
المُطْعِمُـوْنَ إِذَا قَدَرْنَــا ¤ وَأَنَّـا المُهْلِكُـوْنَ إِذَا
ابْتُلِيْنَــا
وَأَنَّـا
المَانِعُـوْنَ لِمَـا أَرَدْنَـا ¤ وَأَنَّـا النَّـازِلُوْنَ بِحَيْثُ شِيْنَـا
وَأَنَّـا
التَـارِكُوْنَ إِذَا سَخِطْنَـا ¤ وَأَنَّـا الآخِـذُوْنَ إِذَا رَضِيْنَـا
وَأَنَّـا
العَاصِمُـوْنَ إِذَا أُطِعْنَـا ¤ وَأَنَّـا العَازِمُـوْنَ إِذَا عُصِيْنَـا
وَنَشْرَبُ إِنْ
وَرَدْنَا المَاءَ صَفْـواً ¤ وَيَشْـرَبُ غَيْرُنَا كَدِراً وَطِيْنَـا
أَلاَ أَبْلِـغْ
بَنِي الطَّمَّـاحِ عَنَّـا ¤ وَدُعْمِيَّـا فَكَيْفَ وَجَدْتُمُوْنَـا
إِذَا مَا
المَلْكُ سَامَ النَّاسَ خَسْفـاً ¤ أَبَيْنَـا أَنْ نُقِـرَّ الـذُّلَّ فِيْنَـا
مَـلأْنَا
البَـرَّ حَتَّى ضَاقَ عَنَّـا ¤ وَظَهرَ البَحْـرِ نَمْلَـؤُهُ سَفِيْنَـا
إِذَا بَلَـغَ
الفِطَـامَ لَنَا صَبِـيٌّ ¤ تَخِـرُّ لَهُ الجَبَـابِرُ سَاجِديْنَـا
Kabilah-kabilah telah mengetahui siapa yang berbahagia
Jika berkemah di dataran luas kamipun membangun perkemahan
Bahwa kami adalah orang-orang yang bisa makan
Bila kami mampu mendapatkan makanan
Dan kami adalah orang yang porak-poranda
Bila kami tak henti diancam bencana
Kami adalah orang-orang yang mampu menahan diri
Tidak sembarangan menggapai apa yang kami kehendaki
Dan kami adalah orang-orang yang ditinggal, dimana kami suka
Kami adalah orang-orang yang meninggalkan sesuatu bila kami tidak
suka
Dan kami adalah orang-orang yang mengambil bila kami memang suka
Kami akan minum kalau ada air yang segar
Sedangkan orang lain selain kami meminum air yang kotor dan lumpur
Ketika raja mengungguli manusia dengan perbuatan rendah dihinakan
Kami menolak dan tidak mau berbuat hina
Milik kami adalah dunia Dan kami terkuasa atasnya
Kami menindas ketika mau menindas
Orang-orang dzalim berbuat kedzaliman sedangkan kami tidak mau di
dzalimi
Tetapi kami akan mulai melawan orang-orang yang mendzalimi kami
Dunia sesak dengan kebaikan kami,
Kami adalah lautan dan kami memenuhinya dengan perahu-perahu kami
Apabila bayi kami telah selesai umur menyusui
Para penguasa dan diktator akan jatuh tersungkur dan bersujud
kepadanya
Puisi ini
menjelaskan ketika Banyak peperangan yang terjadi dan menimpa Kabilah Taghlib
adalah perselisihannya dengan kabilah yang masih tergolong saudara dengan
kabilah Taghlib yaitu dengan kabilah Bakr ibn Wail. Peperangan kedua kabilah
bersaudara ini sangat terkenal dikalangan masyarakat Arab jahiliyah dengan
sebutan perang Basus. Dan Puisi ini menjelaskan tentang Kebanggaan diri
kaumnya, yang selalu bertahan, dan selalu berbuat Baik tidak pernah mendzolimi
orang lain.
6.
Al-A'sya
bin Al-Qaisi
Dalam suatu
riwayat, diceritakan bahwa di kota Mekkah ada seorang miskin yang bernama
Muhallik, orang itu mempunyai tiga orang puteri yang belum mempunyai jodoh
dikarenakan kemiskinan mereka. Pada suatu waktu, keluarga ini mendengar
kedatangan al-A'sya di Mekkah, maka isterinya meminta kepada suaminya untuk
mengundang al-A'sya ke rumahnya. Setelah al-A'sya datang ke rumah miskin itu,
maka isterinya memotong seekor unta untuk menjamu al-A'sya. Penyair ini sangat
heran dengan kedermawanan orang miskin ini. Ketika ia keluar dari rumah itu, ia
langsung pergi ke tempat orang-orang yang sedang berkumpul untuk mengabadikan
kedermawanan Muhallik dalam suatu bait puisinya yang sangat indah. Setelah ia
membacakan puisi itu, maka banyak orang yang datang meminang ketiga puteri
Muhallik. Adapun bait puisi yang diucapkan al-A'sya seperti dibawah ini:
ارقت وما هذا
السّهاد والمؤرّق ¤ وما بى من سقم وما بى تعشّق
لعمرى قد لاحت
عيون كثيرة ¤ الى ضوء نار فى اليفاع تحرق
تشبّ لمقرورين
يصطليانها ¤ وبات على النار الندى والمحلّق
رضيعى لبان ثدى
أمّ تقاسما ¤ باسحم داج : عوض لا نتفرّق
ترى الجود يجرى
ظاهرا فوق وجهه ¤ كما زان متن الهند وإنى رونق
يداه يدا صدق :
فكفّ مبيدة ¤ وكفّ إذا ما ضنّ بالمال ينفق
Aku tidak dapat tidur di malam hari, bukan karena sakit ataupun
cinta
Sungguh banyak mata yang melihat api yang menyala di atas bukit itu
Api itu dinyalakan untuk menghangatkan tubuh kedua orang yang
sedang kedinginan di malam itu, dan di tempat itulah Muhallik dan kedermawanannya
sedang bermalam
Di malam yang gelap itu keduanya saling berjanji untuk tetap
bersatu
Kamu lihat kedermawanan di wajahnya seperti pedang yang berkilauan
Kedua tangannya selalu benar, yang satu untuk membinasakan sedang yang
lain untuk berderma.
7.
An-Nabighah
Adz-Dzibyani
عوجوا فحيوا
لنعم دمنة الدار ¤ ماذا تحيون لوى وأحجار
أقوى وأقفز من
نعم وغيره ¤ هوج الرياح بهلبى الترب موار
وقفت فيها سراة
اليوم أسألها ¤ عن آل نعم أمونا عبر أسفار
فاستعجمت دار
نعم ما تكلمنا ¤ والدار لو كلمنا ذات أخبار
Berhentilah kalian untuk menyapa, menyalami, sungguh indah
reruntuhan perkampungan, apa yang kalian salami adalah timbunan tanah dan
bebatuan
Tanah lenggang, sepi dari binatang liar, dan telah diubah oleh
hembusan badai serta hujan yang datang dan pergi
Aku berdiri di atasnya, ditengah reruntuhan dan bertanya kepadanya
tentang serombongan unta yang biasa lewat di sana
Reruntuhan rumah yang indah , demikian asing, membisu tak mau
berbicara pada kami, dan reruntuhan rumah itu, andai ia mau berbicara pada
kami, pasti ia punya banyak cerita
PENUTUP
Kesimpulan
Puisi adalah untaian kata-kata berirama yang terikat pada wazan, bahr
dan qafiah tertentu. Jenis-jenis puisi pada masa jahiliyyah yaitu: Al-Madh
puisi pujian, Al-Madh puisi pujian, Al-Fakhr puisi membangga, Al-Hamaasah puisi
semangat, Al-Ghozal/ tasybih, Al-I’tidzar puisi permohonan maaf, Ar-Ritsa’
puisi belasungkawa, Al-Washf Hikmah puisi petuah bijak. Dalam membahas puisi
Arab masa Jahiliyyah maka tidak akan lepas dari puisi Mu’allaqat yaitu puisi
yang panjang yang digantungkan di dinding ka’bah.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab.
Semarang: Egaacitya
Bustam,
Betty Mauli Rosa dkk. 2015. Sejarah Sastra Arab Dari Beragam Perspektif.
Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama)
http://vanxiber.blogspot.co.id/2013/03/sastrawan-arab.html Diunduh tanggal 01 Oktober 2015 pukul 05:58 WIB

No comments:
Post a Comment