Waktu seperti burung tanpa hinggapan
melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan
sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan
Waktu seperti butir-butir air
dengan nyanyi dan tangis angin silir
berpejam mata dan pelesir tanpa akhir.
Dan waktu juga seperti pawang tua
menunjuk arah cinta dan arah keranda.
(W.S Rendra)
Metode Pemaknaan Riffatere
1. Puisi itu expresi tidak langsung
- Pengganti arti
Pada Umumnya disebabkan oleh metafora dan metonini (Metafora, personifikasi, sinexdoqi, dan metonini).
Dalam sajak waktu karya W.S Rendra ada beberapa penggunaan majas tersebut seperti, burung tanpa hinggagapan mengandung makna atau menggantikan sifat waktu yang absolut, rubuh tanpa ratapan mengganti berlalu yang semestinya, sayap-sayap mengganti bagian dari kehidupan, mu’jizat mengganti peristiwa, terkebar dengan cekatan mengganti berlalu dengan cepat.
Bait kedua, butir-butir air mengganti bagian dari benda, bagian dari kehidupan, bagian dari dunia. Nyanyi dan tangis angin adalah kebahagian dan kesediahan yang terjadi begitu saja. Berpejam mata dan pelesir adalah yang tak terlihat atau tersadari dan berlalu begitu saja. Pawang tua adalah tujuan, pengantar. Menunjuk arah cinta adalah keabadian. Arah keranda adalah akhir kehidupan.
Jadi waktu itu adalah hal yang terus berjalan melewati bagian-bagian kehidupan yang terjadi di dalamnya. Waktu juga bagian dari kehidupan yang didalamnya terkandung kebahagiaan dan kesedihan seseorang atau makhluk, yang hanya waktu lah yang tahu. Waktu juga mengantarkan tujuan kepada sebuah keabadiaan dan akhir kehidupan dari seseorang.
2. Pemencongan atau penyimpangan arti
- Ambiguitas
Seperti pada kata hari-hari rubuh, sayap-sayap mu’jizat, butir-butir air, nyanyi dan tangis, angin silir, berpejam mata, dan pelesir, arah cinta, arah keranda.
- Kontradiksi
Hari-hari rubuh.
- Non-sense
Terkebar.
3. Penciptaan arti (poin yang setara dengan pemencongan atau penyimpangan arti)
Dalam penciptaan arti ada beberapa sub poin berikut:
- Enjambemen
Pada baris keempat bait kesatu. Dengan cekatan.
Sajak
Dan waktu seperti pawang tua menunjuk arah cinta dan arah keranda.
- Tipografi
- Homolog.
4. Pembacaan Heuristik dan Hermeneotik
- Heuristik
Adalah pembacaan menurut sistem bahasa, menurut tata bahasa normatif. Karya sastra lebih-lebih puisi ditulis secara sugestif, hubungan antar baris dan baitnya bersifat impilisit.
Jadi pada poin ini pembacaan Heuristik dilakukan dengan mengartikan tiap-tiap kata, frase, kalimat dalam baris, dalam bait. Seperti metode penggantiaan arti yang mencari atau membalikkan makna ke makna sebelumnya.
- Hermeneotik
Dalam pembacaan hermeneotik ini saya artikan pembacaan arti atau makna secara keseluruhan, atau setelah melewati proses heuristik atau kesimpulan dari pembacaan keseluruhan saja.
5. Matrix, model, dan varian-varian
Dalam sajak waktu, matrix “waktu seperti burung tanpa hinggapan” adalah “waktu itu bersifat absolut, terus berjalan” dan “kebahagiaan dan kesedihan yang mengisinya” serta “arah cinta dan arah keranda” adalah “waktu itu bisa mengantarkan atau bermakna keabadian dan sesuatu yang berakhir”.
- Matrix
- Hipogram
Untuk memberikan makna yang lebih penuh dalam pemaknaan sastra, sebuah karya sastra perlu dijajarkan dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaannya (teeuw). Menurut Riffatere, sebuah sajak itu merupakan respon terhadap karya sastra lain. Respon ini bisa berupa penentangan atau penerusan.