Tuesday, 9 July 2019

METODE PEMAKNAAN RIFFATERE DALAM PUISI KARYA W.S RENDRA (WAKTU)

WAKTU
Waktu seperti burung tanpa hinggapan
melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan
sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan

Waktu seperti butir-butir air
dengan nyanyi dan tangis angin silir
berpejam mata dan pelesir tanpa akhir.
Dan waktu juga seperti pawang tua
menunjuk arah cinta dan arah keranda.

(W.S Rendra)

Metode Pemaknaan Riffatere


1. Puisi itu expresi tidak langsung


  • Pengganti arti

Pada Umumnya disebabkan oleh metafora dan metonini (Metafora, personifikasi, sinexdoqi, dan metonini).
Dalam sajak waktu karya W.S Rendra ada beberapa penggunaan majas tersebut seperti, burung tanpa hinggagapan mengandung makna atau menggantikan sifat waktu yang absolut, rubuh tanpa ratapan mengganti berlalu yang semestinya, sayap-sayap mengganti bagian dari kehidupan, mu’jizat mengganti peristiwa, terkebar dengan cekatan mengganti berlalu dengan cepat.
Bait kedua, butir-butir air mengganti bagian dari benda, bagian dari kehidupan, bagian dari dunia. Nyanyi dan tangis angin adalah kebahagian dan kesediahan yang terjadi begitu saja. Berpejam mata dan pelesir adalah yang tak terlihat atau tersadari dan berlalu begitu saja. Pawang tua adalah tujuan, pengantar. Menunjuk arah cinta adalah keabadian. Arah keranda adalah akhir kehidupan.
Jadi waktu itu adalah hal yang terus berjalan melewati bagian-bagian kehidupan yang terjadi di dalamnya. Waktu juga bagian dari kehidupan yang didalamnya terkandung kebahagiaan dan kesedihan seseorang atau makhluk, yang hanya waktu lah yang tahu. Waktu juga mengantarkan tujuan kepada sebuah keabadiaan dan akhir kehidupan dari seseorang.

2. Pemencongan atau penyimpangan arti

  • Ambiguitas

Seperti pada kata hari-hari rubuh, sayap-sayap mu’jizat, butir-butir air, nyanyi dan tangis, angin silir, berpejam mata, dan pelesir, arah cinta, arah keranda.

  • Kontradiksi

Hari-hari rubuh.

  • Non-sense

Terkebar.

3. Penciptaan arti (poin yang setara dengan pemencongan atau penyimpangan arti)
Dalam penciptaan arti ada beberapa sub poin berikut:

  • Enjambemen

Pada baris keempat bait kesatu. Dengan cekatan.
Sajak
Dan waktu seperti pawang tua menunjuk arah cinta dan arah keranda.

  • Tipografi
  • Homolog.


4. Pembacaan Heuristik dan Hermeneotik

  • Heuristik 

Adalah pembacaan menurut sistem bahasa, menurut tata bahasa normatif. Karya sastra lebih-lebih puisi ditulis secara sugestif, hubungan antar baris dan baitnya bersifat impilisit.
Jadi pada poin ini pembacaan Heuristik dilakukan dengan mengartikan tiap-tiap kata, frase, kalimat dalam baris, dalam bait. Seperti metode penggantiaan arti yang mencari atau membalikkan makna ke makna sebelumnya.

  • Hermeneotik 

Dalam pembacaan hermeneotik ini saya artikan pembacaan arti atau makna secara keseluruhan, atau setelah melewati proses heuristik atau kesimpulan dari pembacaan keseluruhan saja.

5. Matrix, model, dan varian-varian
Dalam sajak waktu, matrix “waktu seperti burung tanpa hinggapan” adalah “waktu itu bersifat absolut, terus berjalan” dan “kebahagiaan dan kesedihan yang mengisinya” serta “arah cinta dan arah keranda” adalah “waktu itu bisa mengantarkan atau bermakna keabadian dan sesuatu yang berakhir”.

  • Matrix 
itransformasikan menjadi model “burung tak ada hinggapan” dan nyanyi dan tangis angin silir, serta arah cinta dan arah keranda. Varian pada sajak itu adalah waktu adalah sesuatu yang terus berjalan, waktu bagian dari kehidupan yang berisi kebahagiaan, kesedihan, keabadian, dan akhir dari kehidupan.
  • Hipogram

Untuk memberikan makna yang lebih penuh dalam pemaknaan sastra, sebuah karya sastra perlu dijajarkan dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaannya (teeuw). Menurut Riffatere, sebuah sajak itu merupakan respon terhadap karya sastra lain. Respon ini bisa berupa penentangan atau penerusan.

MENGENAL SEMIOTIKA DALAM BAHASA INDONESIA

RANGKUMAN
SEMIOTIKA TEKS

Sebuah pendekatan analisis teks dari Yasraf Amir Iliang
Semiotika teks adalah cabang semiotika yang secara khusus mengkaji teks dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Ia dibedakan dengan semiotika umum general semiotic yang mengkaji tanda secara lebih umum dan lebih luas. Disebut sebagai semiotika teks oleh karena unit analisis terkecilnya adalah teks itu sendiri sementara unit analisis terkecil semiotika umum adalah tanda. Semiotika teks dan analisis teks merupakan cabang dari semiotik umum maka berbagai prinsip dasar yang membentuk semiotika umum juga berlaku di dalamnya. Artinya meskipun unit analisis terkecil semiotika teks adalah teks akan tetapi teks tidak dapat dilepaskan dari tanda-tanda yang membentuknya.

Semiotika teks sebagai cabang semiotika
Dalam pengertiannya yang luas, teks adalah setiap produk dari discorse yaitu tindak penggunaan dan pertukaran tanda dan bahasa. Discursus (discorse) dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai setiap tindak penggunaan bahasa. Dengan demikian dalam pengertiannya yang luas, Teks adalah produk dari setiap tindak penggunaan bahasa. Dalam pengertiannya yang lebih sempit, Teks adalah pesan-pesan tertulis yaitu produk bahasa dalam bentuk tulisan seperti buku, novel, puisi, artikel koran, majalah, catatan harian, prasasti, kitab suci. Dalam pengertiannya yang luas itulah teks didefinisikan sebagai pesan-pesan baik yang menggunakan tanda verbal maupun visual yang menghasilkan teks verbal dan teks visual. Teks Verbal dibedakan lagi antara:
1. Teks Oral, yang secara sempit disebut Discorse
2. Teks tertulis, yang secara sempit disebut sebagai teks seperti teks sastra, puisi, novel, teks hukum, surat, piagam, nota, dan prasasti.
Kemudian teks visual adalah teks yang melibatkan didalamnya unsur-unsur visual seperti gambar, ilustrasi, foto, lukisan atau citra rekaan komputer.

Contoh puisi

Tunas

Dalam kretakan tanah kering, terbalut
Daun coklat yang terpaksa jatuh
Dari singgah sana kesayanganya
Tapi daun tak pernah menyalahkan angin

Kini daun tua merana berduka
bukit tak lagi mampu dipandangnya
Burung tak lagi mau menemaninya
Debu akan menguburnya, sepi

Dalam lara, daun tua memendam pinta
Akan sebuah harapan pelipur lara
Melanjutkan matanya memandang
Meneruskan candanya dengan sang kicau

Hujan datang dengan tergesa
Mencoba membantu daun tua
Tapi tunas pintanya, dari
Daun tua yang merana

A.S

Syair untuk Bangsaku

Bangsaku

Jalan setapak berlumpur rindang belukar
Saksi bisu akan pengorbanan
Semangat terbakar pengetahuan
Dari hilir mengalir alus hingga lautan

Bapa kini mungkin merana
Melihat mendengar kicau tari burung pipit
Kini jadi burung elang pemangsa
Menerkam singa bijak penuh teduh

Sia sia seolah tak guna
Ceramah celoteh lalu Bapa
Anak - anak memurka
Menuding jari pada sang raja
Menghina mencaci tanpa rasa

A.S